Kualitas Air Sungai dan Danau di Kota Depok Buruk Akibat Pencemaran, Bahaya Dikonsumsi Langsung Tanpa Sterilisasi

depoklestari.com | Kota Depok adalah wilayah termuda di Jawa Barat, mempunyai luas wilayah sekira 200,29 km². Kondisi geografisnya dialiri oleh sungai besar yaitu Sungai Ciliwung dan Sungai Cisadane serta 13 subsatuan wilayah aliran sungai. Disamping itu, terdapat pula 25 situ. Data luas situ keseluruhannya pada tahun 2005 sebesar 169,68 hetare dengan kualitas air rata-rata buruk akibat pencemaran.

Kondisi topografi atau bentuk permukaan buminya, berupa dataran rendah bergelombang dengan kemiringan lereng yang landai menyebabkan masalah banjir di beberapa wilayah, terutama kawasan cekungan antara beberapa sungai yang mengalir dari selatan menuju utara semisal, Sungai Angke, Sungai Ciliwung, Sungai Pesanggrahan dan Sungai Cikeas.

Selain itu ada pula aliran irigasi yang disebut sebagai kali, seperti Kali Cabang Tengah, Kali Cabang Timur dan Kali Cabang Barat. Kali merupakan sebuah kata lain dari sungai merujuk kepada kata  dari bahasa Jawa.

Kondisi ruas sungai-sungai tersebut hampir semua tingkat pencemarannya cukup tinggi sehingga, belum layak untuk dijadikan sumber air konsumsi rumah tangga secara langsung jika, tanpa melalui proses sterilisasi dari mikroorganisme yang merusak kesehatan. 

Sumber utamanya pencemaran adalah dari limbah rumah tangga dan beberapa pabrik bahan makanan mentah yang belum menggunakan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) dalam kegiatan di hilirnya.

Disebutkan Surono (53), warga Kampung Sindangkarsa, Kelurahan Sukamaju Baru, Kecamatan Cimanggis, Kota Depok mengatakan bahwa, kondisi sungai-sungai di Kota Depok kualitas airnya memang kurang baik, seperti Kali Baru yang mengalir di wilayah perkampungannya.

Tampak suatu bagian dari Kali Baru, Cimanggis, Kota Depok yang disesaki oleh sampah rumah tangga yang dibuang warga. Tampak pula pipa saluran air rumah tangga dari dapur, kamar mandi, dan kakus. Pelaku yang menyimpang yang tak bersahabat dengan lingkungan manandakan rendah kecerdasan warga yang membuang sampah dan limbah sembarangan.

Kondisi sungai sudah sangat parah, pencemarannya cukup tinggi  bahkan jika turun hujan debit air sungai meninggi membawa sampah yang banyak sehingga disaat air surut sampah menumpuk di bantaran sungai.

“Apalagi di penghujung musim kemarau kondisi sungai sangat parah, sisa sampah di mana-mana, aroma bau busuk menyengat yang berasal dari sampah yang menumpuk dan limbah pabrik,” ujar bapak dari dua orang anak yang rumahnya tepat berdekatan dengan Kali Baru.

Menurutnya, aliran Kali Baru ini dari perbatasan antara Kabupaten Bogor dan Depok tepat di Pasar Cibinong, ada kemungkinan sampah berasal dari sana karena banyak bekas wadah peti kayu telur dan bekas kemasan makanan terbuat gabus.

“Selain itu tercemarnya sungai ada dugaan yang disebabkan banyaknya pabrik yang dilintasi aliran Kali Baru ini, maka di penghujung musim kemarau tiba, kondisi sungai sangat parah,” jelasnya.

Sementara itu Sutrisno (57) bapak dari empat orang anak ini juga menuturkan, bahwa dirinya khawatir air bawah tanah di wilayah kampungnya turut tercemar.

“Namun apa boleh dikata di kampung kami tidak ada aliran air yang yang bersumber dari perusahaan air minum Tirta Asasta Depok (TAD). Selain itu kampung kami ini termasuk padat penduduknya dari satu RW terdapat lima RT. RT kami ini yang terpadat warganya, dikhawatirkan air bawah tanah juga tercemar oleh limbah tinja, yang memang rumah warga sekitar sini berdempetan

Seandainya ada jaringan aliran air bersih, lebih baik saya menggunakan air tersebut, namun dengan kehidupan kami yang sederhana ini berharap untuk biaya airnya jangan disamakan di perumahan mewah. Minimal harga airnya tidak terlalu mahal dan bisa disesuaikan dengan keadaan kami,” ucap Sutrisno.

Sebelumnya Ketua Koordinator Edukasi Publik Forum Komunitas Hijau (FKH) Kota Depok Didit Nurdiansyah juga mengatakan, bahwa kondisi ruas sungai-sungai dan danau-danau di Kota Depok hampir semua tingkat pencemarannya cukup tinggi dan belum layak untuk dijadikan air baku, terutama untuk konsumsi. 

Sumber utamanya masih soal limbah rumah tangga dan beberapa pabrik tahu-tempe yang belum menggunakan Instalasi Pengolahan Air Limbah dalam kegiatan di hilirnya.

Selain kondisi sungai yang tercemar oleh limbah, pekerjaan rumah pemerintah kota untuk kelestarian lingkungan di Kota Depok masih banyak terutama, masalah sampah dan cadangan air bawah tanah yang terus menurun kualitasnya. 

“Hal ini akibat dari pengeboran air artesis atau sumur bor secara masif oleh gedung-gedung berlantai banyak tanpa termonitor secara intens,” sebut Didit.

(Ed.hir)